Kesunyian, kesepian, kesendirian adalah semua hal yang perah kualami. Aku tak ingin menyalahkan diriku sendiri karena sifatku yang tertutup ini. Aku Claire, seorang gadis yang sedang beranjak dewasa. Aku memang mempunyai kebiasaan yang sedikit aneh menurut teman-temanku. Aku lebih suka menceritakan apa yang kurasakan di buku jurnalku dibanding menceritakannya dengan orang lain yang belum tentu bisa mengerti apa yang kurasakan.
Ayahku memang seorang pengusaha sebuah perusahaan yang besar, tetapi aku tidak pernah menceritakan hal ini kepada siapapun karena takut orang lain menganggapku sombong. Aku terkadang heran dengan anggapan orang-orang yang mengira bahwa kehidupanku adalah kehidupan yang sempurna, penuh dengan kemewahan dan serba ada. Padahal, sesungguhnya, aku yang menjalani kehidupan ini merasa biasa saja. Malah aku merasakan kebebasanku telah terkekang oleh keadaan tersebut.
Banyak temanku yang mengatakan bahwa aku memiliki sifat yang sangat tertutup dan sedikit sulit bersosialisasi bersama mereka. Tetapi bagiku, itu adalah jati diriku yang tak bisa diusik oleh orang lain sedikitpun. Aku tak peduli apa yang orang lain katakan tentang diriku.
Terkadang hal tersebut manjadi masalah baru bagiku. Takjarang aku terjerat masalah yang rumit karenanya. Tetapi, aku masih memiliki seorang sahabat yang selalu setia menemaniku disaat senang maupun sedih. Dia adalah Vivi, orang yang terbaik yang pernah kutemui kupikir. Hanya Vivi yang mengetahui lika-liku kehidupanku. Dia adalah sahabat yang bisa kupercaya. Tak ada satupun rahasiaku yang pernah kuceritakan padanya diketahui orang lain. Kamipun bersekolah di sekolah yang sama.
Kehidupanku dan Vivi berjalan semestinya remaja yang beranjak dewasa. Sering kami habiskan waktu bersenang-senang berdua. Tetapi, Vivi sedikit berbeda dariku. Ia memiliki kehidupan yang bebas, tak terkekang oleh keadaan keluarga. Dan sifatnyapun terbuka dan bisa menerima siapa saja. Kelebihan Vivi kadang membuatku iri. Tetapi walau dicoba beberapa kalipun, aku tidak akan bisa menyaingi Vivi.
Sekolahku bukanlah sekedar tempat untuk menuntut ilmu bagiku, tetapi juga tempat dimana aku bisa melatih keberanian diriku.
Kehidupan di sekolah berjalan biasa saja sampai timbulah saat yang sulit bagiku. di akhir semester pertama, Vivi menceritakan padaku satu masalah yang sedang keluarganya hadapi.
“Claire, apakah yang bisa kamu lakukan apabila kamu dam keluargamu terjerat dua masalah yang rumit dalam satu waktu?” Tanya Vivi.
Akupun menjawab “Ada apa, Vi? Tidak biasanya kamu menanyakan hal seperti itu padaku. Mungkin aku akan melakukan semua yang aku bisa untuk menyelesaikan masalah tersebut.” “Setidaknya aku mencoba tidak terbawa beban oleh masalah itu.” Aku berusaha untuk menenangkan Vivi dengan perkataanku.
“Claire, aku sangat sedih. Saham perusahaan milik ayahku bangkrut. Dan ayahku, tentunya keluargaku rugi karenanya. Dan sekarang, ayah sedikit keberatan menanggung biaya sekolahku.” Ucap Vivi dengan nada lirih. “sepertinya tak lama lagi aku akan pindah sekolah karenanya.”
Akupun merasa iba dengan apa yang menimpa Vivi. Aku, selaku sahabatnya turut merasakan apa yang ia derita. Di dalam pikiranku, aku bertanya, “apa yang seharusnya aku perbuat untuk Vivi? Apakah aku bisa melakukan sesuatu untuk membalas budi baiknya selama ini padaku?” Disamping itu aku merasa sangat lemah. Aku selalu ditolong Vivi apabila kesusahan. Kini, saat Vivi sedang terbelit masalah, malah aku tidak tahu apa yang sebaiknya kuperbuat.
“Vivi, aku berjanji akan membantumu menghadapi cobaan ini. Sabarlah, temanku. Aku yakin kau bisa menghadapinya dengan tegar!” bisikku padanya.
Pulang sekolah, aku memninta supirku mengantar aku dan Vivi pergi ke suatu tempat. Aku ingin sekali menghiburnya. Aku membawanya ke suatu taman tempat kami bermain dulu. Aku membawanya kesana agar Vivi bisa melupakan sejenak keluh kesahnya.
Di taman, aku dan Vivi pun hanya duduk-duduk saja di bangku dibawah sebuah pohon besar. Seperti biasa, aku melakukan hobiku, menggambar di sela waktu senggangku. Tetapi, sejenak terlintas di benakku ide cemerlang yang mungkin bisa membuat Vivi senang. Aku akan menggambar sketsa dirinya dan aku di saat senang.
PS: belom selesai. keadaan beda sama yang sekarang, dulu pernah ke taman, tapi gak dlm keadaan bangkrut. nadia mirip bgt karakternya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar